UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS EKONOMI
Tulisan Ilmiah
Penalaran Deduktif
Nama Dosen : Drs. Budi Santoso Ss.MM
Disusun Oleh : Muhammad Ryan Zakaria (26213139)
Kelas : 3EB22
Diajukan Guna Melengkapi Tulisan Dan Tugas Bahasa Indonesia 2 (Softskill)
UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS EKONOMI
2015
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
bimbinganNya yang selalu menyertai saya dalam menyelesaikan pembuatan
makalah tentang “Penalaran Deduktif” ini. Makalah ini saya buat berdasarkan
tugas yang diberikan oleh dosen Mata Kuliah Bahasa Indonesia 2 Bapak
Drs. Budi Santoso,Ss.MM yang saya hormati.
Saya berharap semoga
makalah yang penulis buat ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Mudah-mudahan
makalah ini dapat menambah wawasan para pembaca serta lebih mengetahui tentang apa itu Penalaran Deduktif..
Dalam penyusunan
makalah ini saya banyak menerima bantuan dari berbagi pihak. Pada kesempatan
ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu
Prof E.S. Margianti,SE,MM, Rektor Universitas Gunadarma.
2. Bapak
Ir. Toto Sugiharto, M.sc., Ph.D, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma.
3. Bapak
Drs. Budi santoso, Ss.MM, Dosen Pembimbing Penulisan Makalah Fakultas Ekonomi
Universitas Gunadarma.
4. Keluarga saya terutama Ayah dan Ibu yang telah mensupport saya
5. Teman-teman kelas 3EB22 yang telah membantu saya dalam menyelesaikan makalah ini
6. Orang Terdekat selain keluarga, Winda Maulina yang telah menyempatkan waktu untuk pembuatan makalah ini
Semoga segala amal
kebaikan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Penulisan Makalah
ini dapat dibalas oleh Tuhan Yang Maha Esa. Saya sadar bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran dari para pembaca.
Bekasi, 08 November 2015
DAFTAR ISI
Kata pengantar.................................................................................i
Daftar isi .........................................................................................ii
Daftar isi .........................................................................................ii
BAB I ……………….......................................................................3
PENDAHULUAN…….............…………..……………………….3
PENDAHULUAN…….............…………..……………………….3
A.
Latar belakang
............................................................................3
B. Rumusan masalah .......................................................................3
C. Tujuan penelitian .................................................................. ….3
D. Metode Pengumpulan Data ........................................................3
BAB II …………..………...…………………........………............5
PEMBAHASAN……………..……………………........………....5
B. Rumusan masalah .......................................................................3
C. Tujuan penelitian .................................................................. ….3
D. Metode Pengumpulan Data ........................................................3
BAB II …………..………...…………………........………............5
PEMBAHASAN……………..……………………........………....5
A.
Definisi Penalaran…………..……………… ............................5
B. Pengertian Penalaran Deduktif.. ................................................5
C. Macam-Macam Penalaran Deduktif………................…...…...5
B. Pengertian Penalaran Deduktif.. ................................................5
C. Macam-Macam Penalaran Deduktif………................…...…...5
BAB III…………….......……………….......................................15
PENUTUP ....................................................................................15
KESIMPULAN ………………....................................................15
DAFTAR PUSTAKA……. ..........................................................16
PENUTUP ....................................................................................15
KESIMPULAN ………………....................................................15
DAFTAR PUSTAKA……. ..........................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sebelum kita mebahas dan memahami lebih
jauh mengenai penalaran deduktif, timbul pertanyaan yang mendasar yang
muncul di dalam benak kita mengapa kita mempelajari penalaran? Kita perlu
memahami mengenai penalaran karena penalaran merupakan hal yang sering kita
gunakan sehari hari di dalam berkomunikasi atau berinteraksi satu dengan yang
lainya. Namun di dalam bahasan kali ini kita membahas penalaran yang
penggunaanya di gunakan di dalam Bahasa Indonesia.
Dalam penalaran, proposisi yang
dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil
kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence). Hubungan antara premis dan
konklusi disebut konsekuensi. Kemampuan menalar menyebabkan manusia mampu
mengembangkan pengetahuan yang merupakan rahasia kekuasaan-kekuasaannya.
1.2. Tujuan
Penulisan Masalah
Makalah
ini dibuat bertujuan untuk peningkatan mutu dalam penggunaan Bahasa Indonesia
dalam menguasai kemampuan berfikir, bersifat rasional dan
dinamis berpandangan untuk menganalisa konsep penalaran yang bertolak dari
pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang memang benar atau
sesuatu yang memang salah. Selain itu untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa
Indonesia
1.3. Rumusan Masalah
1.Ada yang dimaksud dengan penalaran deduktif ?
2.Apa
berapa macam jenis penalaran deduktif ?
3.Bagaimana
penulisan penalaran deduktif didalam sebuah kalimat dan penulisan ?
1.4. Metode
Pengumpulan Data
Dalam
penyusunan makalah ini kami memperoleh data dengan menggunakan data dari
pencarian melalui internet atau e-library.
BAB II
PEMBAHASAN
Definisi
Penalaran:
Penalaran
adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera yang menghasilkan
sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan
berbentuk proposisi-proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang
diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang
sebelumnya tidak diketahui, proses inilah yang disebut menalar. Ada dua metode
dalam penalaran, yaitu deduktif dan induktif. Tapi dalam kesempatan ini, kami
akan membahas lebih dalam tentang penalaran deduktif.
Penalaran Deduktif
adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang
kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan
atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Metode ini diawali
dari pebentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen dan
operasionalisasi.Penalaran Deduktif bisa disebut juga sebagai proses
penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang khusus
berdasarkan fakta-fakta yang bersifat umum. Proses penalaran ini disebut
Deduksi. Kesimpulan deduktif dibentuk dengan cara deduksi. Yaitu dimulai dari
hal-hal umum, mengarah kepada hal-hal yang khusus atau hal-hal yang lebih
rendah.
Macam-macam
Penalaran Deduktif:
- SILOGISME
Silogisme merupakan suatu cara penalaran
yang formal. Penalaran dalam bentuk ini jarang ditemukan atau dilakukan dalam
kehidupan sehari-hari. Kita lebih sering mengikuti polanya saja, meskipun
kadang-kadang secara tidak sadar. Misalnya ucapan “Ia dihukum karena melanggar
peraturan X”, sebenarnya dapat kita kembalikan ke dalam bentuk formal berikut:
a) Barang
siapa melanggar peraturan X harus dihukum.
b) Ia
melanggar peraturan X.
c) la
harus dihukum.
Bentuk seperti itulah yang disebut
silogisme. Kalimat pertama (premis mayor) dan kalimat kedua (premis minor)
merupakan pernyataan dasar untuk menarik kesimpulan (kalimat ketiga).
Pada contoh, kita lihat bahwa
ungkapan “melanggar …” pada premis (mayor) diulangi dalam (premis
minor). Demikian pula ungkapan “harus dihukum” di dalam kesimpulan.
Hal itu terjadi pada bentuk silogisme yang standar.
Akan tetapi, kerap kali terjadi bahwa
silogisme itu tidak mengikuti bentuk standar seperti itu. Misalnya:
Ø Semua
yang dihukum itu karena melanggar peraturan.
Ø Kita
selalu mematuhi peraturan.
Ø Kita
tidak perlu cemas bahwa kita akan dihukum.
Pernyataan itu dapat dikembalikan menjadi:
Ø Semua
yang melanggar peraturan harus dihukum.
Ø Kita tidak pernah melanggar (selalu mematuhi)
peraturan.
Ø Kita
tidak dihukum.
Secara
singkat silogisme dapat dituliskan Jika A=B dan B=C maka
A=C. Silogisme terdiri dari; Silogisme Kategorial, Silogisme Hipotetis dan
Silogisme Disyungtif.
a) Silogisme
Kategorial
Silogisme
Katagorial adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan katagorial.
Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat
dibedakan dengan premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan
premis minor (premis yang termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan diantara
kedua premis tersebut adalah term penengah (middle term).
Contoh
:
Ø Semua
Tanaman membutuhkan air (premis mayor)
……………M……………...P
Ø Akasia
adalah Tanaman (premis minor)
….S……………..M
Ø Akasia
membutuhkan air (konklusi)
….S……………..P
Note : (S = Subjek, P =
Predikat, dan M = Middle term)
Hukum-hukum Silogisme
Kategorial:
1. Apabila
dalam satu premis partikular, kesimpulan harus partikular juga, seperti:
Semua
yang halal dimakan menyehatkan
Sebagian
makanan tidak menyehatkan,
Jadi
Sebagian makanan tidak halal dimakan
(Kesimpulan
tidak boleh: Semua makanan tidak halal dimakan).
- Apabila
salah satu premis negatif, kesimpulan harus negatif juga, seperti:
Semua
korupsi tidak disenangi.
Sebagian
pejabat adalah korupsi, jadi
Sebagian
pejabat tidak disenangi.
(Kesimpulan
tidak boleh: Sebagian pejabat disenangi)
a. Dari dua premis yang sama-sama negatit,
tidak mendapat kesimpulan apa pun, karena tidak ada mata rantai yang
menghubungkan kedua proposisi premisnya. Kesimpulan diambil bila sedikitnya
salah satu premisnya positif. Kesimpulan yang ditarik dari dua premis negatif
adalah tidak sah.
Kerbau
bukan bunga mawar.
Kucing
bukan bunga mawar.
(Tidak
ada kesimpulan)
Tidak
satu pun drama yang baik mudah dipertunjukan.
Tidak
satu pun drama Shakespeare mudah dipertunjukan.
Jadi:
Semua drama Shakespeare adalah baik. (Kesimpulan tidak sah)
b. Paling
tidak salah satu dari term penengah haru: (mencakup). Dari dua premis yang term
penengahnya tidak menghasilkan kesimpulan yang salah, seperti:
Semua
ikan berdarah dingin.
Binatang
ini berdarah dingin.
Jadi:
Binatang ini adalah ikan.
(Padahal
bisa juga binatang melata)
c. Term-predikat dalam kesimpulan
harus konsisten dengan term predikat yang ada pada premisnya. Bila tidak,
kesimpulan menjadi salah, seperti:
Kerbau
adalah binatang.
Kambing
bukan kerbau.
Jadi:
Kambing bukan binatang.
(‘Binatang’
pada konklusi merupakan term negatif sedangkan pada premis adalah positif)
d. Term penengah harus bermakna sama, baik
dalam premis mayor maupun premis minor. Bila term penengah bermakna ganda, maka
kesimpulan menjadi lain, seperti:
Bulan
itu bersinar di langit.
Januari
adalah bulan.
Jadi:
Januari bersinar di langit.
(Bulan
pada premis minor adalah nama dari ukuran waktu yang panjangnya 31 hari,
sedangkan pada premis mayor berarti planet yang mengelilingi bumi).
e. Silogisme harus terdiri tiga term,
yaitu term subjek, preidkat, dan term menengah (middle term), begitu juga
jika terdiri dari dua atau lebih dari tiga term tidak bisa diturunkan
konklusinya.
b) Silogisme
Hipotesis
Silogisme
Hipotetis adalah argumen yang premis mayornya berupa proposisi hipotetis,
sedangkan premis minornya adalah proposisi katagorial.
Ada
4 (empat) macam tipe silogisme hipotetis :
1) Silogisme
hipotetis yang premis minornya mengakui bagian antecedent, seperti:
Jika hujan, saya naik becak.
Sekarang hujan.
Jadi, saya naik becak.
2) Silogisme
hipotetis yang premis minornya mengakui bagiar konsekuennya, seperti:
Bila hujan, bumi akan basah.
Sekarang bumi telah basah.
Jadi, hujan telah turun
3) Silogisme
hipotetis yang premis minornya mengingkari antecedent, seperti:
Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa,
maka
kegelisahan akan timbul.
Politik pemerintahan tidak dilaksanakan dengan
paksa,
Jadi kegelisahan tidak akan timbul.
4) Silogisme
hipotetis yang premis minornya mengingkari bagian konsekuennya, seperti:
Bila
mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah.
Pihak
penguasa tidak gelisah.
Jadi
mahasiswa tidak turun ke jalanan.
Hukum-hukum
Silogisme Hipotetis
Mengambil
konklusi dari silogisme hipotetis jauh lebih mudah dibanding dengan silogisme
kategorial. Tetapi yang penting di sini dalah menentukan kebenaran konklusinya
bila premis-premisnya merupakan pernyataan yang benar.
Bila antecedent kita
lambangkan dengan A dan konsekuen dengan B, jadwal
hukum silogisme hipotetis adalah:
1) Bila
A terlaksana maka B juga terlaksana.
2) Bila
A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana. (tidak sah = salah)
3) Bila
B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah = salah)
4) Bila
B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana.
Kebenaran
hukum di atas menjadi jelas dengan penyelidikan.
c) Silogisme
Disyungtif
Silogisme
Disyungtif adalah silogisme yang premis mayornya merupakan keputusan disyungtif
sedangkan premis minornya merupakan keputusan kategorial yang mengakui atau
mengingkari salah satu alternatif yang disebut oleh premis mayor. Seperti pada
silogisme hipotetis istilah premis mayor dan premis minor adalah secara analog
bukan yang semestinya.
Silogisme
ini ada dua macam, silogisme disyungtif dalam arti
sempit dansilogisme disyungtif dalam arti luas.
a. Silogisme
disyungtif dalam arti sempit mayornya mempunyai alternatif kontradiktif,
seperti:
la lulus atau tidak lulus.
Ternyata ia lulus, jadi
la bukan tidak lulus.
b. Silogisme
disyungtif dalam arti luas premis mayomya mempunyai alternatif bukan
kontradiktif, seperti:
Hasan
di rumah atau di pasar.
Ternyata
tidak di rumah.
Jadi
di pasar.
Silogisme disyungtif dalam arti sempit maupun arti luas mempunyai dua tipe yaitu:
1) Premis
minornya mengingkari salah satu alternatif, konklusi-nya adalah mengakui
alternatif yang lain, seperti:
la berada di luar atau di dalam. Ia berada di luar atau di dalam.
Ternyata tidak berada di luar. Ternyata tidak berada di dalam.
Jadi ia berada di dalam. Jadi ia berada di luar.
la berada di luar atau di dalam. Ia berada di luar atau di dalam.
Ternyata tidak berada di luar. Ternyata tidak berada di dalam.
Jadi ia berada di dalam. Jadi ia berada di luar.
2) Premis
minor mengakui salah satu alternatif, kesimpulannya adalah mengingkari
alternatif yang lain, seperti:
Budi di masjid atau di sekolah. Budi di masjid atau di sekolah.
la berada di masjid. Ia berada di sekolah.
Jadi ia tidak berada di sekolah. Jadi ia tidak berada di masjid.
Budi di masjid atau di sekolah. Budi di masjid atau di sekolah.
la berada di masjid. Ia berada di sekolah.
Jadi ia tidak berada di sekolah. Jadi ia tidak berada di masjid.
Hukum-hukum Silogisme Disyungtif
- Silogisme
disyungtif dalam arti sempit, konklusi yang dihasilkan selalu benar,
apabila prosedur penyimpulannya valid, seperti :
- Silogisme
disyungtif dalam arti luas, kebenaran koi adalah sebagai berikut:
a. Bila premis minor mengakui salah satu
alterna konklusinya sah (benar), seperti
Budi menjadi guru atau pelaut. Budi menjadi guru atau pelaut.
la adalah guru. Ia adalah pelaut.
Jadi ia bukan pelaut. Jadi ia bukan guru.
Budi menjadi guru atau pelaut. Budi menjadi guru atau pelaut.
la adalah guru. Ia adalah pelaut.
Jadi ia bukan pelaut. Jadi ia bukan guru.
- ENTIMEN
Merupakan
silogisme yang salah satu proposisinya dihilangkan tetapi proposisi tersebut
dianggap ada dalam pikiran dan dianggap oleh orang lain. Entimen pada dasarnya
adalah silogisme.
Contoh
:
Premis mayor (MY) :
Manusia mahluk rasional
Premis minor (MN) :
Kucing bukan manusia
Kesimpulan (K) :
Kucing tidak rasional
Premis mayor (MY) :
Setiap manusia pernah lupa
Premis minor (MN) :
Mahasiswa adalah manusia
Kesimpulan (K) :
Mahasiswa pernah lupa
Dapat
diuraikan sebagai berikut :
a) Silogisme
merupakan bentuk penalaran deduktif yang formal.
b) Proses
penalaran dimulai dari premis mayor melalui premis minor sampai pada
kesimpulan.
c) Strukturnya
tetap: premis mayor, premis minor, kesimpulan.
d) Premis
mayor berisi pernyataan umum.
e) Premis
minor berisi pernyataan yang lebih khusus yang merupakan bagian premis mayor.
f) Kesimpulan
dalam silogisme selalu lebih khusus daripada premisnya.
BAB
III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Penalaran
adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera yang menghasilkan
sejumlah konsep dan pengertian.
Penalaran
Deduktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau
sikap yang khusus berdasarkan fakta-fakta yang bersifat umum. Proses penalaran
ini disebut Deduksi. Kesimpulan deduktif dibentuk dengan cara deduksi. Yaitu
dimulai dari hal-hal umum, mengarah kepada hal-hal yang khusus atau hal-hal yang
lebih rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Ersza, S. Kemal, M. Duvi, A.
& Youdanto, H. 2012., Makalah Penalaran Induktif dan
Deduktif. http://wolles14.wordpress.com/2012/03/27/makalah-penalaran-induktif-dan-deduktif/ .
Achmad, R. Ilham,
F. Ira, afiana. Rika, wika. & Yunit, D.
2012., Makalah Penalaran Induktif dan Deduktif. http://sahabat-keyboard.blogspot.com/2012/03/makalah-penalaran-induktif-dan-deduktif.html.
Pratama, B. Rizka, D. Tita, S.
& Saripah. 2012., Penalaran Deduktif.http://gogopratamax.blogspot.com/2012/03/tugas-kelompok-bahasa-indonesia.html.
Zachra, M. 2012., Penalaran Deduktif.http://shellapaditadharma.blogspot.com/2012/10/penalaran-deduktif.html.
Nopi, D. 2010., Penalaran Deduktif. http://nopi-dayat.blogspot.com/2010/03/penalaran-deduktif.html.
Anggara, B. 2011., Penalaran Deduktif Dan Induktif.http://ghoo.blog.com/2011/10/01/penalaran-deduktif-dan-induktif/.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar